Tuesday, March 24, 2015

Kalbu Mengeras

����������

Kalbu Mengeras Karena Jauh dari Allah

��������

(ditulis oleh Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc)

�� Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

��“Maka celakalah bagi mereka yang keras qalbunya dari berzikir
kepada Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata.” (az-Zumar: 22)

��Tidaklah Allah subhanahu wa ta’ala memberikan hukuman yang lebih besar kepada seorang hamba selain dari kerasnya kalbu dan jauhnya
dari Allah subhanahu wa ta’ala . An-Naar (neraka) diciptakan untuk melunakkan kalbu yang keras. Qalbu yang paling jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala adalah kalbu yang keras. Jika kalbu sudah keras,
mata pun terasa gersang.

��Qalbu yang keras ditimbulkan oleh empat hal yang dilakukan melebihi kebutuhan: makan, tidur, bicara, dan
pergaulan.

��Sebagaimana halnya jasmani jika dalam keadaan sakit tidak akan bermanfaat baginya makanan dan minuman, demikian pula kalbu jika
terjangkiti penyakit-penyakit hawa nafsu dan keinginan-keinginan
jiwa, maka tidak akan mempan dengan nasihat.

��Barang siapa hendak menyucikan kalbunya, ia harus mengutamakan
Allah subhanahu wa ta’ala dibanding dengan keinginan dan nafsu jiwanya. Sebab, kalbu yang tergantung dengan hawa nafsu akan tertutup dari Allah subhanahu wa ta’ala , sesuai kadar tergantungnya
jiwa dengan hawa nafsunya.
Banyak orang menyibukkan kalbu dengan gemerlapnya dunia.

��Seandainya mereka sibukkan dengan mengingat Allah subhanahu wa ta’ala dan negeri akhirat, tentu kalbunya akan berkelana mengarungi
makna-makna Kalamullah dan ayat-ayat-Nya yang tampak ini.

��Ia pun akan menuai hikmah-hikmah yang langka dan faedah-faedah yang indah. Jika kalbu disuapi dengan berzikir dan disirami dengan berpikir
serta dibersihkan dari kerusakan, ia pasti akan melihat keajaiban
dan diilhami hikmah.

��Tidak setiap orang yang berhias dengan ilmu dan hikmah serta memeganginya akan masuk dalam golongannya. Kecuali jika mereka
menghidupkan kalbu dan mematikan hawa nafsunya.
Adapun mereka yang membunuh kalbunya dengan menghidupkan
hawa nafsunya, tidak akan muncul hikmah dari lisannya.

��Rapuhnya kalbu adalah karena lalai dan merasa aman. Adapun makmurnya kalbu adalah karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan zikir. Maka dari itu, jika sebuah kalbu merasa zuhud dari
hidangan-hidangan dunia, dia akan duduk menghadap hidangan- hidangan akhirat. Sebaliknya, jika ia ridha dengan hidangan-
hidangan dunia, ia akan terlewatkan dari hidangan akhirat.

��Kerinduan bertemu Allah subhanahu wa ta’ala adalah angin semilir yang menerpa kalbu. Membuatnya sejuk dengan menjauhi gemerlapnya dunia. Siapa pun yang menempatkan kalbunya di sisi Rabb-nya, ia akan merasa tenang dan tenteram. Siapa pun yang
melepaskan kalbunya di antara manusia, ia akan semakin gundah
gulana.

��Ingatlah! Kecintaan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah akan masuk ke dalam kalbu yang mencintai dunia, melainkan seperti
masuknya unta ke lubang jarum (sesuatu yang sangat mustahil).
Jika Allah subhanahu wa ta’ala cinta kepada seorang hamba,

��Allah subhanahu wa ta’ala akan memilih dia untuk diri-Nya sebagai tempat pemberian nikmat-nikmat-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala
juga akan memilihnya di antara hamba-hamba-Nya, sehingga hamba itu pun akan menyibukkan harapannya hanya kepada Allah subhanahu
wa ta’ala . Lisannya senantiasa basah dengan berzikir kepada-Nya, anggota badannya selalu dipakai untuk berkhidmat kepada-Nya.

��Kalbu bisa sakit sebagaimana sakitnya jasmani dan kesembuhannya
adalah dengan bertaubat.
Kalbu pun bisa berkarat sebagaimana cermin, dan cemerlangnya adalah dengan berzikir. Kalbu bisa pula telanjang sebagaimana badan, dan pakaian keindahannya adalah takwa.
Kalbu pun bisa lapar dan dahaga sebagaimana badan, maka makanan
dan minumannya adalah mengenal Allah subhanahu wa ta’ala , cinta,
tawakal, bertaubat, dan berkhidmat untuk-Nya.

�� (diterjemahkan dan diringkas dari kitab al-Fawa’id karya Ibnul
Qayyim t hlm. 111—112)

�� Sumber : asysyariah.com/kalbu-mengeras-karena-jauh-dari-allah/

⭐ WA ASP ⭐

〰〰〰〰〰〰〰〰〰

��������������

0 comments:

Post a Comment